Lembaga Amil Zakat Nasional SK. Menteri Agama RI No.410 Tahun 2004 Di Bawah Yys. Daarut Tauhiid , Pendiri & Pembina : KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
Home » » Sebuah Renungan

Sebuah Renungan

Written By DPU DT Sumsel on Sabtu, 03 Maret 2012 | 22.54



"Tidaklah suatu kaum yang sudah suka mengingkari perjanjian, kecuali Allah akan menguji mereka dengan pembunuhan-pembunuhan.  Tidaklah perbuatan keji merajalela di suatu kaum, kecuali Allah akan menguji mereka dengan banyaknya kematian.  Tidaklah suatu kaum sudah enggan mengeluarkan zakat, kecuali Allah akan menahan hujan untuk mereka." (Hadits ini melalui Ibnu Buraidah ra. dia berasal dari ayahnya, langsung didengar dari Rasulullah saw.)


Efek dari kaum atau wilayah, daerah, jika penduduknya sudah enggan mengeluarkan zakat, enggan bersedekah, tampaknya wilayah tersebut indikasinya ditimpa kekeringan.  Kehidupan kering di sana-sini sumber mulai susut dan harga air begitu mahal dan berharga.  Fenomena yang terjadi di sekitar kita, begitu banyak kekeringan di sana-sini, banjir di sana-sini. Riwayat lain disebutkan, jika sudah melanda banjir dan kekeringan di suatu wilayah, menunjukkan bahwa penduduknya sudah enggan melakukan amar ma'ruf nahi munkar.  Kemungkaran menjadi pemandangan biasa, dan sang penyeru kebajikan dianggap sesuatu yang mudah masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.  Kematian sudah biasa, harga nyawa begitu murah hanya karena masalah sepele, korban begitu banyak dan luas sekali di sekitar kita.  Demikian juga para politisi, mereka mudah mengobral janji tidak ditepati, maka Allah akan menampakkan fenomena-fenomena pembunuhan yang tidak akan berhenti.

Ada sebuah nasehat yang indah dalam kitab Tanbighul Ghofilin:
"Barangsiapa yang menghalangi lima hal, maka Allah juga akan menahan atau menghalangi lima hal lainnya.  Pertama, barang siapa yang enggan mengeluarkan zakat, maka Allah akan mencegah terpelihara hartanya.  Kedua, barang siapa yang enggan mengeluarkan sedekah, maka Allah akan menghalangi kesehatan bagi mereka.  Ketiga, barang siapa yang menghalangi satu per lima dari hasil bumi (tidak mengeluarkan zakat tanaman), maka Allah akan menghalangi berkah tanahnya.  Keempat, barangsiapa yang tidak mau berdoa, maka Allah akan menghalangi terkabulnya sesuatu.  Kelima, barang siapa yang menganggap mudah masalah sholat, maka kelak Allah akan menghalanginya ketika membaca Laa Ilaahha Ilal-Llooh ketika menghadapi kematian. (Tanbighul Ghofilin jilid 1)

Sumber : renungansakura.blogspot.com

Kedermawanan bukanlah semata sikap yang tumbuh dengan sendirinya pada diri seorang anak. Namun juga butuh pembiasaan sedari kecil. Ketika anak mulai memasuki usia balita, biasanya ia mulai mengerti tentang apa itu ‘milik’. Dia mulai memahami, ada barang-barang miliknya, ada barang milik orang lain.

Namun kesadaran tentang milik ini terkadang –atau malah seringnya– disertai berkembangnya sifat ‘pelit’. Ada rasa keberatan bila dia harus memberikan sebagian miliknya kepada orang lain atau barang miliknya sekadar dipegang, dipinjam atau digunakan oleh orang lain. Yang seperti ini kadangkala menjadi biang pertengkaran si anak dengan saudara atau teman sepermainannya.



Keadaan seperti ini tentu tak dapat dibiarkan, karena sifat buruk ini bisa jadi akan terus berkembang dan melekat pada pribadi anak. Tentu kita tak ingin anak kita menjadi anak yang bakhil, karena sifat ini jelas-jelas dicela oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala


QS. Al-Mujaadilah (Al-Mujadilah) [58] : ayat 13
[58:13] Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

QS. Al-Munaafiquun (Al-Munafiqun) [63] : ayat 10
[63:10] Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan akan dikalungkan kelak di lehernya pada hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Ali ‘Imran: 180)

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Al-Baqarah: 261)
Juga firman Allah l:
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (An-Nahl: 96)

: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfaqkan di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka) akan mendapat siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: ‘Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu’.” (At-Taubah 34-35)

Share this article :

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Kantor :
Copyright © 2013. DPU Daarut Tauhiid Palembang - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger