Guyonan Khas Ippho Santosa mengenai sedekah:
Si Duit kalau dilepasin (*baca : sedekah*), kelak dia akan kembali lagi. Dan enaknya lagi dia bakal kembali lagi dengan membawa teman2nya.Enak tho.
Terhadap si Nasib kita mesti ngeyel. Kalau kita ngeyel, maka si nasib akan nurut apa kata kita. Seandainya tidak nurut, cobalah kasih duit (*baca : sedekah*). Pasti dia nurut. Ternyata si nasib suka juga sama duit.
Senyum itu sedekah, Cuma tidak cukup sedekah hanya senyum tok. Bayangkan ada orang kelaparan, terus anda sedekahin dengan senyuman. Salah2 malah anda ntar dilempar sandal sama dia. Makanya, kasih duit sambil tersenyum,
Sedekah senyum balasanya senyum. Sedekah doa balasanya doa. Sedekah duit balasanya duit dari Allah, juga senyum dari si penerima, dan doa dari malaikat. Tinggal pilih, mau sedekah apa.
Hendaklah sedekah itu meringkan si penerima , bukanya memberatkan. Nah, kalau bersedakah duit logam, itu “memberatkan” si penerima. Ya iya dong. Duit logam kan berat bawanya! Hehehe.
Ingatlah, uang bukan segalanya. Ingat pula sedekah tidak harus berbentuk uang. Bias saja berbentuk kalung emas, gelang berlian, sertifikat tanah, mobil, motor, arloji, ponsel, semen, pasir dan lain2. Bahkan tidak harus berbentuk materi. Bias saja transfer ATM,m-banking,auto-debet, dan lain2. Hehehe.
Pahlawan manakah yang paling sering masuk mesjid? Kapitan patimura (*maksudnya uang rp1.000*). Terus , pahlawan manakah yang paling jarang masuk mesjid? Bung karno dan bung hatta (*maksudnya uang rp100.000*). Padahal kapitan patimura kurang cocok masuk masjid. Soalnya dia bawa golok. Kalau bung karno dan bung hatta ? mereka lebih cocok. Soalnya mereka bedua pake peci dan siap untuk sholat jamaah.
Terakhir mengutip:
“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain, sebaik-baik harta adalah harta yang disedekahkan“.
“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain, sebaik-baik harta adalah harta yang disedekahkan“.
“Berbagi tidak akan mengurangi apapun dari diri kita, justru sebaliknya”
Dikutip dari : buku “40 hari percepatan rezeki” karya Ippho santosa.
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.