Kenapa Kita Enggan Bershadaqoh???
Oleh: Abu Muhammad Ibnu Al-Kautsar
“Perumpamaan (Nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir saratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
(Q.S. Al-Baqarah: 261)
Sahabat,
Semoga Allah Yang Maha Pemberi Kasih Sayang, Allah Yang Maha Kuasa atas Segala Sesuatu apa yang ada di bumi dan di langit, Allah Yang Maha Pemberi Rezeki, senantiasa melapangkan dan meluaskan rezeki bagian kita semua. Aamiin…
Sahabat, kenapa ya kita enggan untuk bershadaqoh ???
Sahabat, kenapa ya untuk mengeluarkan shadaqoh sangat berat banget???
Sahabat, kenapa ya untuk meluangkan waktu sedetik saja dalam 60 detik per menit, begitu sulit dilakukan untuk shadaqoh???
Saya yakin kita semua pernah memiliki pertanyaan yang sama seperti diatas?
Sahabat, berikut saya ingin kita semua berbagi jawaban atas pertanyaan diatas.
1. Sahabat, kenapa ya kita enggan untuk bershadaqoh???
Sahabat, padahal secara sadar kita tahu bahwa dengan bershadaqoh, selain bisa membuat orang lain berbahagia juga akan membuat hati kita lebih tenang bukan?
Lho kok hati kita bisa tenang!!!
Begini Sahabat-Sahabat, sesuatu yang kita miliki (baik setiap bagian tubuh kita, harta yang ada, dan apapun yang beserta kita) ibarat sebuah aliran sungai yang mengalir dan harus mengalir sampai ke tempat terendah. Nah kalau kita mencoba untuk membendung aliran sungai tersebut maka secara otomatis sungai tersebut akan meluap dan mengakibatkan banjir.
Dengan kata lain, akan lebih nikmat dan nyaman jika kita memberi apa yang kita miliki daripada kita harus mengeluarkan sesuatu setelah kita mengalami suatu peristiwa musibah terlebih dahulu.
Akan lebih nyaman kita mengeluarkan sesuatu dengan kesadaran penuh dibandingkan kita mengeluarkan sesuatu tanpa kesadaran penuh diakibatkan suatu keadaan.
2. Sahabat, kenapa ya untuk mengeluarkan shadaqoh sangat berat banget???
Pertanyaan kedua ini mengandung makna sifat ‘berat’ yang artinya berlawanan dengan kata ‘ringan’. Kata berat berasumsi kelemahan, ketidakberdayaan, kesakitan,
kenapa?
Ketika kita berpikir, melihat, membayangkan, dan mendengar kata ‘berat banget’ seolah-olah kesadaran kita ditekan serta diperas. Padahal, tidak ada ruginya kan kita berbagi dengan apa yang kita miliki.
Sebagai contoh, jika kita melihat duri /pecahan kaca/ paku di jalan.
Jika kita sebelumnya sudah berpikir dan merasa serta melihat menyingkirkan benda tersebut berat. Maka dijamin deh, kita akan tetap kekeuh bahwa mengambilnya adalah pekerjaan yang berat.
Pun, begitu sebaliknya. Jika kita melihat, merasakan dan menganggap ini pekerjaan ringan dengan berbagai keuntungan yang didapat, maka akan menjadi ringan lah bagi kita untuk menyingkirkannya sebagai salah satu bentuk bersedekah…
3. Sahabat, kenapa ya untuk meluangkan waktu sedetik saja dalam 60 detik per menit, begitu sulit dilakukan untuk shadaqoh???
Sahabat, pertanyaan ketiga ini hampir sama dengan pertanyaan kedua, karena lawan kata sulit adalah mudah. Hanya saja pada pertanyaan ketiga ini, terdapat perhitungan waktu.
Perhitungan waktu ini adalah cerminan dari rasa syukur kita telah bisa menikmati hidup, berapa pun usia kita, apakah kita sekarang masih pada masa kanak-kanak atau remaja atau dewasa bahkan tua,
maka pastikan bahwa sepanjang 60 detik, minimal mari kita jadikan 1 detik kita untuk bershadaqoh. Ini hanya beberapa persen kan?
Sahabat, Penjelasan mendalam dan lebih detail tentang mengapa kita enggan bersedekah, tentulah dapat dijawab oleh Sahabat sendiri. Kenapa harus, kapan, dan dimana bersedekah adalah hak penuh dari diri jiwa dan raga sahabat-sahabat yang luar biasa.
Mari kita lakukan just do it.
Biarlah Allah, Rasul-rasul Allah, beserta orang-orang yang beriman akan menjadi saksi keinginan kita untuk memberikan yang tebaik bagi hidup dan kehidupan kita.
Ingatlah satu hal, kita yakin dan kita percaya setiap kebaikan yang kita lakukan untuk lingkungan kita dan orang-orang sekitar kita buahnya pun akan kembali kepada kita.
Kami hanya mengajak dan menginformasikan, yang menentukan untuk diri Sahabat adalah Sahabat sendiri… Barakallah…
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.